Dari Arsip ke Artefak: Tim GLAM UIN Jakarta Eksplorasi Museum Peradaban Islam UII Yogyakarta
Museum Candi Kimpulan, Yogyakarta — Di bawah langit biru cerah Yogyakarta, tiga orang dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta melangkah pasti menuju sebuah bangunan bercorak klasik yang berdiri anggun di tengah kawasan kampus Universitas Islam Indonesia (UII).
Kunjungan mereka bukan sekadar wisata ilmiah. Di balik perjalanan singkat itu, ada semangat belajar, dan mencari inspirasi untuk memperkuat program GLAM UIN Jakarta —sebuah perjalanan menemukan makna baru dari hubungan antara pengetahuan, sejarah dan peradaban yang menjembatani pengelolaan galeri, perpustakaan, arsip, dan museum sebagai ruang pengetahuan yang hidup.
Mereka adalah Mudianah Mahmud, S.IP., Renti Damayanti, S.Sos., dan Rizki Mulyarahman, S.Psi. —anggota Tim GLAM (Galleries, Libraries, Archives, and Museums) UIN Jakarta yang pada Kamis, 23 Oktober 2025, melakukan studi kunjung ke Museum Candi Kimpulan dan Museum Peradaban Islam UII Yogyakarta.
Setibanya di UII, rombongan tim GLAM UIN Jakarta disambut hangat oleh Direktur Perpustakaan & Museum UII Yogyakarta, Muhammad Jamil, S.IP., bersama timnya: Suharti, AD., S.IP., Neneng Asaniyah, S.I.Pust., dan Joko Santoso, A.Md. Suasana pertemuan terasa akrab dan bersahabat, dipenuhi percakapan hangat tentang filosofi di balik pengelolaan museum modern.
Lebih lanjut, Muhammad Jamil menuturkan pandangan menarik tentang arah baru pengelolaan museum di perguruan tinggi. “Museum modern saat ini bersifat tematik,” ujar Jamil. “Dalam membangun museum, baik Museum Candi maupun Museum Peradaban Islam, kami melibatkan pakar arkeologi agar desainnya selaras dengan konteks sejarah dan nilai edukatif yang ingin kami tampilkan.”
Bagi Jamil, museum bukan sekadar tempat penyimpanan artefak, melainkan ruang edukasi yang menyatukan antara ilmu pengetahuan, budaya, dan pengalaman. Setiap koleksi harus “berbicara”, memberikan pesan kepada pengunjung bahwa peradaban Islam bukan masa lalu yang beku, melainkan warisan yang terus berdenyut di masa kini.
Menyelami Warisan Intelektual Islam
Perjalanan berlanjut ke Museum Peradaban Islam —ruang yang didesain untuk memperkenalkan kontribusi Islam dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan kebudayaan dunia. Di sini, sejarah tampil dengan wajah yang lebih modern: menggunakan infografik, replika, dan narasi visual yang mengajak pengunjung berpikir kritis sekaligus reflektif.
“Menarik sekali bagaimana UII mengemas peradaban Islam dalam konsep yang kontekstual dan relevan,” kata Mudianah Mahmud. “Museum ini tidak hanya menyimpan koleksi, tetapi juga menghidupkan dialog antara masa lalu dan masa depan.”
(Dokumentasi Museum Peradaban Islam, 23 Oktober 2025)
Menelusuri Museum Candi Kimpulan di tengah area kampus
Usai menjelajahi Museum Peradaban Islam, rombongan diajak ke Museum Candi Kimpulan, sebuah situs arkeologi yang ditemukan secara tidak sengaja di area kampus UII pada tahun 2009 silam. Di ruang pamer yang tertata rapih, tim GLAM UIN Jakarta menyaksikan langsung struktur candi dari masa klasik, lengkap dengan arca, batu prasasti, dan berbagai temuan arkeologis lainnya.
Kekaguman jelas terpancar dari wajah ketiga anggota Tim GLAM UIN Jakarta. Bagi mereka, museum ini bukan sekadar tempat benda-benda tua dipamerkan, tetapi bukti nyata bahwa sejarah bisa ditemukan bahkan di tengah aktivitas akademik modern.
“Melihat langsung bagaimana UII mengelola temuan arkeologi menjadi museum edukatif sungguh inspiratif,” ungkap Renti Damayanti. “Museum ini tidak hanya menjaga benda, tapi juga menjaga narasi sejarah agar tetap hidup di benak generasi baru.”
(Dokumentasi Museum Candi Kimpulan, 23 Oktober 2025)
Bagi Tim GLAM UIN Jakarta, kunjungan ini menjadi pengalaman berharga. Mereka melihat langsung bagaimana sinergi antara arkeologi, pendidikan, dan teknologi informasi dapat menghasilkan model museum yang dinamis, informatif, dan inspiratif. “Langkah yang dilakukan UII memberi contoh konkret bagaimana lembaga pendidikan Islam bisa berperan aktif dalam pelestarian warisan peradaban,” ujar Rizki Mulyarahman. “Kami berharap pengalaman ini dapat menjadi inspirasi dalam memperkuat program GLAM di UIN Jakarta.”
Kunjungan ini juga menjadi wujud komitmen Tim GLAM UIN Jakarta untuk memperluas wawasan dan praktik terbaik pengelolaan warisan budaya. Dengan belajar langsung dari pengalaman lembaga lain, UIN Jakarta ingin menghadirkan model pengelolaan arsip dan museum yang bukan hanya berfungsi sebagai pusat informasi, tetapi juga ruang dialog budaya lintas generasi.
Dari Arsip ke Artefak: Jembatan Masa Lalu dan Masa Depan
Menjelang sore, ketika cahaya matahari mulai condong ke barat, langkah Tim GLAM meninggalkan museum dengan rasa kagum dan inspirasi. Di balik setiap artefak yang mereka lihat, tersimpan pesan tentang pentingnya menjaga warisan peradaban —tidak hanya dengan menyimpannya, tetapi dengan terus menuturkannya kepada dunia.
Perjalanan ini menegaskan satu hal: arsip dan artefak bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan fondasi masa depan. Melalui pendekatan GLAM, UIN Jakarta berupaya menautkan kembali empat simpul pengetahuan —galeri, perpustakaan, arsip, dan museum —menjadi ruang hidup tempat ilmu dan sejarah berpadu, membentuk peradaban yang berkelanjutan.
Dari arsip hingga artefak, dari Yogyakarta hingga Ciputat, jejak langkah Tim GLAM UIN Jakarta menjadi bukti bahwa pengetahuan tidak pernah berhenti. Ia terus bergerak, menjelma dalam bentuk cerita, ruang, dan semangat baru untuk menjaga warisan bangsa. *RMr


















